Rabu, 10 Februari 2010
Tiga Kata untuk Remaja Latah Valentine Day
Valentine Day, makin angot saja. Remaja muslim banyak yang ikutan. Begitu pula kebiasaan pacaran. Bukti kalahnya budaya Islam?
Kalau sudah masuk bulan Febuari, nuansa cinta bertebaran. Warna pink jadi dominan. Coklat, asesoris dengan bentuk hati (mohon jangan dibaca dua kali!), dan seabreg-abreg kartu cinta laku banget. Belum lagi request lagu cinta macam Dilemma-nya Nelly Tidak perlu kita ceritain kalo itu adalah bagian dari ritual peringatan Valentine Day (Hari cinta sedunia).
Wah, kita mah mau terus terang aja ya Mas, Den, Mba’, Teh, kalo Valentine Day adalah budaya kufur. Sudah terlalu banyak sejarawan–muslim ataupun non-muslim yang membeberkan kalau peringatan Valentine Day itu berkaitan dengan ritual agama di luar Islam.
Malah, tidak sedikit pemuka agama Nasrani yang juga keberatan pada umatnya yang hanyut dengan kegiatan Valentine Day ini. Menurut mereka Valentine Day nggak ada hubungannya dengan keimanan kaum Nasrani. Menurut Ken Sweiger yang menulis artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, sama sekali nggak ada hubungan dengan agama Nasrani.
Dengan agama Islam? Wah, bak langit dan kerak bumi. Kagak nyambung abis. Nggak percaya? Cari aja di Al Qur’an, kitab-kitab hadits ataupun kitab-kitab fikih. Nggak ada satupun ulama yang menganjurkan peringatan Valentine Day. Yang ada malah larangan berat. Sebut saja firman Allah Ta’ala:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)
Juga hadits Nabi saw. : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalamnya.”
Juga sabdanya yang lain:
“Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada urusannya dalam perkara kami (agama Islam), maka ia tertolak.”
So, kalo ada remaja muslim/muslimah yang kelatahan beli coklat, permen, asesoris bentuk hati atau ngirim gambar via sms atau MMS yang berhubungan dengan Valentine Day, kita kasih aja tiga kata: ISTIGHFAR DEH LO..! [voa-islam]
Selengkapnya...
Say No To Valentine Day !
Hari Valentine (Valentine's Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak dikaitkan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep semacam ini diciptakan.
Sejarah Hari Valentine
Perayaan Kesuburan bulan Februari
Menghubungkan pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulukala. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
• seorang pastur di Roma
• seorang uskup Interamna (modern Terni)
• seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Valentinius
Guru ilmu Agnostisisme yang berpengaruh Valentinius, adalah seorang calon uskup Roma pada tahun 143. Dalam ajarannya, tempat tidur pelaminan memiliki tempat yang utama dalam versi Cinta Kasih Kristianinya. Penekanannya ini jauh berbeda dengan konsep... dalam agama Kristen yang umum. Stephan A. Hoeller, seorang pakar, menyatakan pendapatnya tentang Valentinius mengenai hal ini: "Selain sakramen permandian, penguatan, ekaristi, imamat dan perminyakan, aliran gnosis Valentinius juga secara prominen menekankan dua sakramen agung dan misterius yang dipanggil "penebusan dosa" (apolytrosis) dan "tempat pelaminan"..." [1].
Era abad pertengahan
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa
For this was sent on Seynt Valentyne's day ("Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus")
When every foul cometh there to choose his mate ("Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya")
Pada zaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka "Valentine" mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada zaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
• Sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati membela keyakinan agamanya), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
• Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo
Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.
Demikianlah sekilas mengenai sejarah hari valentine yang menunjukkan sama sekali bukan ajaran islam, apalagi sesuatu yang pernah diajarkankan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dia hanyalah merupakan campuran tradisi romawi kuno dengan agama nashrani yang sesat. Mudah-mudah kita dan para pemuda kita dijauhkan oleh Allah dari hal maksiat dan syirik seperti ini.
Wallahu a'lam bis-shawab (wikipedia)[sumber asli voa-islam]
Selengkapnya...
Senin, 25 Januari 2010
PERNYATAAN SIKAP
BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
“CENTURY GATE: SINYAL KEMATIAN INDONESIA,
SELAMATKAN DENGAN ISLAM!!”
Indonesia adalah negeri kaum muslimin yang kaya raya. Potensi alam yang dimilikinya seharusnya bisa menjadikan rakyat Indonesia makmur dan sejahtera. Tapi apa yang terjadi? Justru sebaliknya. Bukannya kemakmuran dan kesejahteraan, tapi kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh mayoritas rakyat Indonesia kian hari kian kritis dan kronis.
Masalah kronis yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah akibat salah dalam pengambilan pijakan konsep ketatanegaraan. Dan masalah inilah yang melahirkan banyak sekali masalah cabang dalam ranah kehidupan nyata. Tidak ada satupun bidang kehidupan yang tidak bermasalah.
Skandal Bank Century misalnya, merupakan salah satu fenomena yang tampak dan sudah seharusnya membuka mata kita semua, tentang betapa payahnya pengelolaan sistem keuangan dan perbankan di negeri ini. Di tengah himpitan kehidupan rakyat yang semakin sulit, pejabat negara menambahkan penderitaan itu dengan perampokan uang negara senilai Rp 6,7 Triliun untuk menyelamatkan Bank milik pengusaha rakus yang bangkrut.
Parahnya lagi dana talangan yang diberikan kepada Bank yang sekarang berubah nama menjadi Bank Mutiara itu, alirannya sangat kabur dan ditengarai terjadi pembelokan aliran untuk kepentingan politik. Meski di DPR sudah ada Pansus Bank Century yang sebentar lagi akan berakhir masa kerjanya, akan tetapi hasil kerja pansus jauh panggang dari api. Kinerja pansus tidak lebih dari sekedar dagelan-dagelan politik, yang semakin mencerminkan betapa buruknya wajah negara ini. Luka-luka yang diderita rakyat lantaran penghidupan yang berat disirami air asam oleh pejabat yang seharusnya menjadi pengayom mereka.
Belum lagi segudang permasalahan lain yang jika di urai benar-benar membuat dada sesak, diantaranya: Kemiskinan, kelaparan, kebodohan, perpecahan sosial, kesenjangan sosial, pendidikan mahal, biaya kesehatan mahal, minyak bumi dirampok, emas dicuri, penjarahan hutan, perusakan generasi muda melalui tayangan-tayangan tv, seks bebas, aborsi, perampokan, pemerkosaan, pencurian, pembunuhan, terorisme, kenaikan BBM, kelangkaan minyak tanah, buruh tani yang miskin, kapitalisasi dan liberalisasi pendidikan tinggi, pilkada rusuh, pengemis di mana-mana, anak jalanan tidak terurus, penjajahan atas negeri-negeri kaum muslimin baik fisik maupun non fisik, aliran sesat, wakil “rakyat” yang hanya mementingkan uang, birokrasi busuk, suap-menyuap, KKN, penyerobotan tanah, pembakaran pasar, penggusuran pedagang kaki lima yang rusuh, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar kampung, kerusuhan berbau SARA, bank ribawi, aurat wanita bebas dipertontonkan di mall-mall, perdagangan manusia, penculikan anak, pelacuran yang dilokalisir, budaya jiplakan barat, pornografi dan pornoaksi, “Islam Liberal”, VCD porno menjadi hal yang lumrah, partai Islam kompromistis, busung lapar, ketahanan pangan yang lemah, militer yang tunduk pada asing, politik luar negeri pengekor, kesetaraan gender yang mematikan generasi muda, televisi dan media-media cetak corong barat, kebebasan tingkah laku, kebebasan berpendapat yang ngawur, kebebasan beragama yang merusak Islam, pluralisme yang utopis, sekulerisme Indonesia, liberalisme perdagangan, pembohongan publik, panti jompo bagi para orang tua yang dibuang anaknya, hutang luar negeri, keberpihakan hukum pada pemilik modal, pembangunan tidak merata, banjir, tanah longsor, kecelakaan pesawat, kapal tenggelam, nelayan yang susah melaut, aktifitas-aktifitas adat syirik, pelegalan diskotik, pelegalan minuman keras, judi berkedok kuis sms, kerusuhan supporter sepak bola, pengangguran, merebaknya penyakit aids, masyarakat individualistik, pekerja bagaikan mesin-mesin produksi, ekonomi non real, perumahan kumuh, ulama bayaran, kiai mata duitan dan sebagainya.
Demikianlah segudang problematika yang saat ini menjangkiti mereka. Sakit yang dirasakan rakyat telah amat perih dan ngilu. Mereka tidak lagi dapat tersenyum apalagi tertawa lebar karena mereka harus menahan sakit akibat kronisnya penderitaan yang dirasakan.
Oleh karena itu, Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus menyatakan:
1. Perubahan basis konsep ketatanegaraan merupakan satu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ideologi Kapitalisme dengan segala macam turunannya sudah nyata merupakan sumber dari segala sumber kerusakan yang saat ini terjadi. Kapitalisme juga telah melahirkan rezim kompradornya yang terus-menerus berselingkuh dengan para pemilik modal untuk mengkhianati rakyat.
2. Pilihan waras yang kami serukan kepada seluruh komponen rakyat negeri ini adalah segera beralih kepada pola ketatanegaraan Islam dengan penerapan syariah dan khilafah. Hal ini penting sebagai solusi atas seluruh persoalan yang terus-menerus melilit akibat penerapan kapitalisme. Hanya Islamlah satu-satunya sistem kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia, yang akan menyelamatkan Indonesia dan melahirkan kebaikan kehidupan di dunia dan di akhirat.
3. Umat harus segera sadar bahwa mereka adalah umat terbaik yang pernah ada. Umat harus segera sadar bahwa mereka adalah pemimpin dunia. Umat harus segera sadar bahwa mereka akan tetap sakit selama mereka masih menggunakan peradaban barat sebagai kiblat mereka. Umat harus segera sadar bahwa hanya dengan Islam-lah mereka akan bangkit kembali. Umat harus segera sadar bahwa merubah basis filosofi ketatanegaraan itu memang susah, tetapi bukan sesuatu yang mustahil.
Badan Eksekutif Kornas BKLDK
Selengkapnya...
Kamis, 21 Januari 2010
“JANGAN SADARIN” IN ACTIONS
Oleh Mustanirrah Gindah
Untuk semua cewek yang masih bermimpi. Seorang bidadari yang hingga kini belum ditemui. Entah dimana. Entah siapa. Namun ada. Untukmu…Duduklah diam, Tenang, pastikan tidak ada barang-barang yang mudah pecah termasuk yang gampang dilempar. Tapi kalau hanya boneka, tas yang gak ada isinya ya gak masalah, karena tidak akan menimbulkan kerusakan yang signifikan. Tarik nafas, pejamkan mata, bawalah diri anda seperti gelas kosong…..
Begitulah peringatan panitia sebelum memulai acara bedah buku ‘jangan sadarin cewek’. Ahad. 24 Muharram 1431H atau 10 januari 2010 M diruang serbaguna Universitas Abdurrab pekanbaru. Memang perlu diberikan peringatan, karena dalam mengupas buku ini didalamnya akan penuh dengan singgungan, ejekkan, hinaan dan sekeranjang kata yang merendahkan mahkluk yang bernama perempuan. Buku yang ditulis oleh seorang ikhwan bernama Chio. Buku yang mewakili apa yang dipikirkan cowok tentang cewek. Adalah wajar jika membacanya akan meledakkan amarah. Buku yang membuat para cowok tersenyum penuh kemenangan. Tapi, buku ini sebenarnya memberi pencerahan tentang bagaimana para perempuan atau cewek seharusnya bersikap dalam dunia yang semakin sulit mencari pegangan. Acara yang dihadiri lebih dari 180 mahasiswi ini memberikan pencerahan bagaimana seharusnya perempuan dalam islam.
Di AS 1, 5 Juta aborsi(1988), Menurut Guttamchar Institut, hampir 60 % dari kaum wanita AS berusia di bawah 25 thn pernah mengalami aborsi. AS adalah no 1 dalam penderita Aids(Hingga 1991). Setiap tahun, 2, 4 juta rakyat AS menikah dan 1,2 juta bercerai. 3/4 dari jumlah penduduk dipimpin oleh orang tua tunggal wanita.75% penduduk Inggris merupakan hasil perzinaan. Sekitar 70% remaja AS menganggap hubungan seks di luar nikah dapat dibenarkan apabila keduanya saling mencintai. Dan pertanyaannya, mengapa para perempuan di Indonesia mengambil contoh dari mereka. Mebuka aurat, pacaran, bergaul bebas sampai pada parzinahan. Sebuah bentuk pembunuhan karakter perempuan yang sebenarnya. So, bagaimana seharusnya?
Jadilah bidadari. Karena kata ini yang tidak ada padanannya di dunia. Tidak ada yang namanya bidadara, kan??. Itulah kata pembedah buku yakni Nurkumala Sari, seorang aktifis dakwah intelektual kampus. Beliau menambahkan “Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW:’Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita di dunia ataukah bidadari bermata jeli, beliau jawab: wanita2 dunia lebih utama daripada bidadari, beliau menjawab, karena solat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah, Allah meletakkan cahaya di wajah mereka , tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwara hijau,perhiasannaya kekuningan, sanggulnya bermutiara dan sisirnya terbuat dari emas, mereka berkata: kami hidup abadi dan tiada mati, kami lemah lebut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tak pernah bersungut2 sama sekali, berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya(HR Tabrhani dari Ummu Salamah).
Menjadi bidadari didunia…yup….semua sepakat menjadi bidadari. Tapi bukan yang punya sayap itu lo….(he..he..). tapi seorang perempuan yang yang terhormat, punya harga diri, terjaga dan bersiap memperjuangkan agama ini, seperti apa gambarannya? Kenalilah diri sendiri…. Dari mana berasal, mau ngapain didunia and mau kemana sesudah kehidupan. Untuk membantu menjawab itu semua, Kemuslimahan Ldk Ath-Tahbrani menawarkan pembinaan diri kepada peserta. Dan Alhamdulillah hampir seluruh peserta bersedia dibina. Yang jadi masalah…pembinanya yang kurang(ha…ha…)….
Semoga dakwah ini semakin berkembang….takbir!!! Allahu Akbar….
“tak seperti bintang dilangit, tak seperti indah pelangi….karena diriku bukanlah mereka.......ku apa adanya…..sya..lal..la…”
Lantunan nasyid dari duo maia ups…duo mustaniroh maksudnya,mencoba mengahangatkan peserta.
Selengkapnya...
Selasa, 19 Januari 2010
Siapa yang Akan Membebaskan Aafia Siddiqui?
Oleh Abdul-Kareem
Pada bulan Maret 2009, dua orang wanita jurnalis AS, Euna Lee dan Laura Ling ditangkap oleh penjaga perbatasan Korea Utara ketika sedang membuat laporan untuk Current TV yang berbasis di California. Mereka kemudian diadili dan dihukum 12 tahun penjara karena “tindakan bermusuhan” dan masuk secara ilegal ke Korea Utara. Setelah mereka dipenjara, Amerika dengan tak kenal lelah bekerja untuk membebaskan para wanita itu dan pada bulan Agustus 2009 mantan Presiden AS Bill Clinton berbicara dengan Presiden Korea Utara Kim Jong Il mengenai masalah itu. Pertemuan itu membuahkan hasil dan kedua wanita itu kemudian dibebaskan.
Pada bulan Maret 2003, seorang wanita juga ditangkap dan dipenjarakan. Namanya Aafia Siddiqui. Seperti halnya wartawan AS itu, ia juga seorang wanita yang belajar dan bekerja di Amerika dan ketiga anaknya memiliki kewarganegaraan Amerika. Tapi berbeda dengan para jurnalis Amerika Serikat tadi yang ditangkap enam tahun kemudian, ia adalah seorang Muslim dan ia tidak mempunyai pemimpin yang mau mengurusi permasalahannya.
Inilah kisahnya…
Dr. Aafia Siddiqui lahir di Karachi, Pakistan, tanggal 2 Maret 1972. Dia adalah salah seorang dari tiga anak Mohammad Siddiqui, seorang dokter yang mendapat pelatihan di Inggris, dan Ismet. Dia adalah ibu dari tiga orang anak dan juga seorang penghapal (hafiz) Quran. Aafia dan ketiga anaknya itu ditangkap oleh agen intelijen Pakistan pada bulan Maret 2003 dan diserahkan kepada orang-orang Amerika di Afghanistan di mana dia dipenjarakan di Bagram dan dia berulang kali diperkosa, disiksa dan dilecehkan selama bertahun-tahun. Sebuah laporan yang ditulis dalam bahasa Urdu di media Pakistan pada waktu itu mengatakan bahwa Aafia dan ketiga anaknya terlihat sedang ditangkap oleh pihak berwenang Pakistan dan dibawa ke tahanan.
Moazzam Begg, dan beberapa mantan tawanan dari Amerika melaporkan bahwa seorang tahanan perempuan, bernama “tawanan 650″, ditangkap di Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan. Yvonne Ridley dari Cageprisoners.com menulis tentang “tawanan 650″ itu (Aafia), penyiksaan dan pemerkosaan terhadapnya yang dilakukan berulang-ulang selama lebih dari empat tahun.
“Jeritan yang tidak berdaya wanita (ini ) yang dilakukan dengan siksaan itu bergema di penjara itu sehingga memaksa tahanan-tahanan lain terus melakukan mogok makan.” Yvonne menyebutnya sebagai “perempuan beruban (karena) dia nyaris seperti hantu, seperti momok yang menangis dan terus berteriak yang menghantui orang-orang yang mendengarnya. Hal ini tidak akan pernah terjadi pada seorang wanita Barat.”
Baik pemerintah Pakistan maupun para pejabat AS di Washington menyangkal mengetahui tentang pemenjaraan Aafia sampai keberadaanya terungkap keluar dan mulai mendapat perhatian media. Tuduhan-tuduhan yang dibuat-buat kemudian diajukan terhadap dirinya bahwa ia terlibat dalam terorisme dan klaim yang menggelikan bahwa dia berhasil merebut senjata dari tentara AS dan menembaki perwira AS.
Pada tanggal 7 Agustus 2008 sebuah artikel di The News mengungkap beberapa perawatan yang didapatkan Aafia ketika dikenai tahanan sementara di Amerika.
* salah satu ginjalnya diambil
* giginya diambil
* hidungnya patah, dan dipasang kembali dengan posisi tidak semestinya
* Luka tembak yang baru didapatkannya ditutup dengan tidak layak, dengan darah yang mengalir, sehingga meninggalkan pakaiannya basah bersimbah dengan darah.
Pada tanggal 4 Agustus 2008, para jaksa federal di Amerika Serikat menegaskan bahwa Aafia Siddiqui telah diekstradisi ke AS dari Afghanistan di mana mereka mengatakan bahwa dia telah ditahan sejak pertengahan Juli 2008. Pemerintah AS menyatakan bahwa dia ditangkap oleh pasukan Afghan di luar kompleks gubernur Ghazni dengan membawa manual bahan peledak dan zat berbahaya yang dimasukkan dalam stoples tertutup. Mereka lebih lanjut menyatakan bahwa selama dia berada di tahanan dia menembaki para perwira AS (padahal tidak ada yang terluka) sementara dirinya lah yang terluka selama proses penahanan itu.
Pada tanggal 11 bulan Agustus, 2008, sebuah laporan dari Reuters menyebutkan bahwa ia muncul di sidang dengan kursi roda, dan bahwa para pengacara meminta hakim untuk memastikan bahwa ia menerima perawatan medis. Elizabeth Fink, salah seorang pengacaranya , mengatakan kepada Hakim:
“Dia telah ada di sini, pak hakim, selama satu minggu dan dia belum mendapatkan perawatan seorang dokter, meskipun mereka (pemerintah AS) tahu dia telah ditembak.”
Pengacara Aafia, Elizabeth Fink, itu mengatakan kepada seorang hakim federal di New York bahwa Aafia menunjukkan tanda-tanda bahwa ia telah dipenjara dan diperlakukan dengan tidak manusiawi selama jangka waktu yang panjang. Menurut dokumen-dokumen yang diungkap di pengadilan oleh Fink, Aafia mengatakan kepada staf penjara bahwa ia takut anaknya kelaparan dan disiksa, dan meminta mereka untuk mengambil jatah makanan dari nampannya dan kirimkan kepada anaknya di Afghanistan.
Pengacara lainnya, Elaine Whitfield Sharp, mengatakan, “Kami tidak tahu ia ada di Bagram untuk waktu yang lama. Itu adalah waktu yang lama. Menurut klien saya dia ada di sana selama bertahun-tahun dan ia ditahan di tempat tahanan Amerika; perlakuan terhadapnya mengerikan. “
Aafia masih berada dalam fasilitas penahanan AS di New York, kesehatannya yang buruk, adalah karena tindakan penggeledahan yang merendahkan dan memalukan terlihat setiap kali ia menerima kunjungan atau muncul di pengadilan. Dia kemudian menolak bertemu dengan pengacara. Telah dilaporkan bahwa dia mungkin menderita kerusakan otak dan bahwa sebagian ususnya mungkin telah dipotong. Pengacaranya mengatakan bahwa gejala-gejala yang ditunjukkannya mirip dengan penderita Penyakit Tekanan Mental Pasca Trauma (‘Post Traumatic Stress Disorder’).
Persidangan Aafia Siddiqui akan mulai minggu ini.
Karena ketiadaan Khilafah, dia bersama dengan setiap muslim lainnya di dunia pada hakekatnya tanpa kewarganegaraan dan sebagaimana adanya berita kenabian yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم bahwa kita seperti buih dan sampah yang dibawa turun oleh air yang deras.
“Orang-orang akan segera memanggil satu sama lain untuk menyerang kamu ketika mereka sedang makan dan mengundang yang lainnya untuk berbagi makanan.” Seseorang bertanya, “Apakah hal itu karena jumlah kami kecil pada waktu itu?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Tidak, pada waktu itu kamu banyak tetapi kamu akan seperti buih dan buih itu dibawa turun dengan air yang deras , dan Allah akan mengambil rasa takut kamu dari hati musuh kamu dan mencampakkan al-wahn ke dalam hatimu. ” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah al-wahn itu ?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” [HR Abu Dawud dan Ahmad]
Wahan lah yang menyebabkan pihak berwenang Pakistan untuk menculik dan menyerahkan perempuan Muslim itu kepada Amerika meskipun Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lain, sehingga ia tidak boleh menindas yang lain, juga tidak boleh menyerahkannya ke tangan seorang penindas. [Bukhari]
Wahan lah yang mencegah setiap penguasa di dunia Muslim untuk mengangkat telunjuknya untuk membantu melindungi kehormatan seorang perempuan dan membebaskan bukan hanya Aafia tetapi ribuan kaum Muslim yang dipenjara di Guantanamo, Bagram, dan pusat-pusat penahanan rahasia CIA meskipun Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: “Sesungguhnya adalah wajib atas umat Islam untuk membebaskan tawanan mereka atau untuk membayar tebusan.”
Wahan lah yang menyebabkan para penguasa di dunia Muslim untuk memenjarakan, menyiksa dan menganiaya ratusan ribu Muslim yang tulus di ruang bawah tanah mereka meskipun Hakim bin Hisyam berkata; “Aku bersaksi bahwa aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata;” Allah akan menghukum orang-orang yang menghukum orang-orang di Dunia. ‘ “[Muslim]
Kita harus ingat bahwa kita tidak selalu tanpa kewarganegaraan. Ketika Negara Islam ada di masa lalu, kehormatan perempuan muslim dilindungi dan tahanan Muslim dibebaskan.
Pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم seorang tukang emas Yahudi Bani Qainuqa menganiaya kehormatan seorang perempuan Muslim dengan mengikat pinggir bajunya sehingga menyebabkan tubuhnya tersingkap. Saat itu, seorang pria Muslim kebetulan berada di sana dan membunuh orang Yahudi itu. Kemudian orang-orang Yahudi membalas dengan membunuh orang muslim itu. Keluarga pria itu memanggil kaum Muslim untuk membantu dan Nabi صلى الله عليه وسلم mengirimkan pasukan melawan mereka dan setelah 15 hari pengepungan seluruh suku Bani Qainuqa diusir dari Madinah.
Imam bin Atsir mencatat dalam kitab ‘Kamil’ kisah terkenal seorang wanita Muslim yang ditangkap oleh orang-orang Roma dan ditahan di tempat yang bernama ‘Amuriyyah. Tidak puas dengan hanya menangkapnya, mereka mencoba merampas kehormatannya juga. Karena ketakutan dan sendirian dia kemudian memanggil nama Khalifah, “[Ya Mu'tasim] Billah.” Seorang pria menyaksikan kejadian ini dan bergegas kepada Khalifah memberitahukan kepadanya tentang apa yang telah terjadi. Ketika ia mendengar penderitaan wanita ini ia menjawab dengan berani, “Labbaik [Saya di sini mendengar panggilan Anda].” Dia menyiapkan sebuah pasukan besar dan berangkat untuk berperang dan untuk menyelamatkan perempuan itu. Pasukan Mu’tasim kemudian menaklukkan musuh dan memasuki ‘Amuriyyah. Setelah menghancurkan benteng musuh, mereka datang kepada perempuan itu dan membebaskannya.
Khalifah Umar bin Abdul-Aziz mengirim surat kepada para tahanan perang Muslim di Konstantinopel. Dia mengatakan kepada mereka:
“Kamu menganggap dirimu sebagai tahanan perang. Padahal kamu bukan tahanan perang. Kamu terkunci di jalan Allah. Aku ingin kamu tahu bahwa setiap kali aku memberikan sesuatu kepada kaum Muslim, aku memberikan lebih banyak untuk keluarga kamu dan aku mengirimkan sekitar 5 dinar untuk setiap salah satu dari kamu dan seandainya bukan karena aku takut bahwa diktator Romawi akan mengambilnya dari kalian, aku akan mengirimkan lebih. Aku juga telah mengirim banyak untuk menjamin pembebasan setiap salah satu dari kalian tanpa memikirkan berapa biayanya. Jadi bersukacitalah! Assalamu Alaikum. “
Wahai Amerika dan sekutu-sekutunya!
Hari ini anda membunuh orang-orang kami, perempuan dan anak-anak kami, menyiksa dan memenjarakan kami dan mencuri sumber daya kami. Tapi Anda harus menyadari hal ini hanyalah sementara. Kebangkitan Islam adalah berjalan dengan cepat dan wahn perlahan-lahan pudar dengan adanya interaksi pemikiran Islam yang kuat. Anda tahu ini dan itulah sebabnya Anda memulai perang melawan teror dan mengapa Anda menghabiskan miliaran dolar untuk menduduki tanah kami.
Ketika pertolongan Allah SWT tiba dan negeri-negeri Muslim bersatu di bawah satu Khalifah, bukan lagi ilusi bahwa Khilafah akan memanfaatkan semua pusat politik, ekonomi dan militer untuk membebaskan tahanan muslim dan melindungi kehormatan para perempuan kami.
Sumber Berita [klik disini]
Selengkapnya...
Sabtu, 16 Januari 2010
Renungan (Rugi Kalo ga baca)
[tulisan dari seorang sahabat : Ani Lestari]
sepenggal cerita telah kuterima, sebuah kisah nyata yang membuatku merasa takut dan tersudut. Tentang seorang wanita yang mengenal lawan jenisnya di dunia maya. Wanita itu disapa seorang lelaki dengan kata-kata bijaksana. Hampir setiap hari, nasehat dan motivasi mengalir silih berganti. Lelaki itu tampak baik, sholeh, terpuji dengan pengetahuan agama yang mumpuni.
Simpati pun timbul, rasa suka itu muncul. Meski berbeda budaya dan dipisahkan oleh samudra hubungan itu terjalin begitu saja. Tak lagi peduli jilbab lebar yang ia kenakan, cinta dan suka tetap bisa melanda. Lelaki itu pun tampaknya bukan seorang pengecut, ia datangi rumah sang wanita dan bertemu dengan orang tuanya, kemudian berkata ingin menjalin hubungan yang tidak biasa.
Suatu ketika ada seorang perempuan yang tak dikenal menyampaikan sapaan pada sang wanita. Perempuan itu banyak bertanya kemudian mulai bercerita. Ia bercerita tentang lelaki yang sama, lelaki yang wanita kenal di dunia maya, yang pernah datang ke rumahnya. Tuturan si perempuan begitu mengejutkannya, membuat hatinya gundah. Bagaimana tidak? Lelaki yang ia sangka terpuji dengan pengetahuan agama mumpuni rupanya punya sisi tercela yang tak ia sangka.
Jauh hari sebelum ke rumah sang wanita, lelaki itu telah menjalin hubungan dengan si perempuan. Hubungan yang begitu dalam. Hubungan itu terjalin dengan cara yang sama, saling mengenal melalui dunia maya, kemudian kata-kata bijak juga ditebarkan, tempat tinggal yang berjauhan dan telah bertemu dengan orang tua si perempuan. Malah sang wanita menangkap bahwa si perempuan telah berbadan dua.
Saat lelaki itu dicecar dengan pertanyaan, ia mengakui semuanya dan memang sengaja menunggu hingga sang wanita tahu. Namun tak ada sesalan, tak ada ketegasan sikap, tak ada keberanian memutuskan pilihan atau keberanian mempertanggungjawabkan perbuatan dan terkesan menganggap itu bukanlah masalah besar. Dan lelaki ini pun berlindung di balik kata, "Biarlah nanti Allah yang menentukan."
Meski sudah diketahui belangnya, lelaki itu tetap saja memaksakan kehendaknya untuk menyunting sang wanita. "Bagaimana dengan perempuan itu?" tanya sang wanita. Dan dengan ringan lelaki itu menjawab, "Kalau pun ia nanti kunikahi aku juga akan tetap menikahimu."
"Rakus, egois, tidak tahu malu. Apakah semua lelaki seperti ini?" Batin wanita itu bertanya.
"Inikah lelaki? Yang hanya bisa merayu, mengumbar kata-kata bijaksana untuk melemahkan hati wanita kemudian mencampakkannya?"
"Inikah calon qowwam? inikah calon pelindung dan pembimbing keluarga? Begitu egoisnya dan mementingkan nafsunya semata?
"Inikah lelaki...?"
Dan aku hanya termenung bingung. Aku cuma bisa malu dengan yang dilakukan oleh kaumku. Kata pembelaan tak kusampaikan, karena pria seperti itu memang ada. Hanya kalimat pendek yang kukatakan, sebentuk cerminan asa yang menggumpal dalam dada, "Semoga tidak semua pria melakukan hal yang sama..."
Rasa takut terajut, ketakutan bahwa aku melakukan hal yang tak jauh berbeda. Mungkin pula tanpa sadar, kata-kata bijak, hikmah, nasehat, saran dan masukan berubah menjadi umpan untuk menarik perhatian. Betapa ruginya bila segala yang disampaikan berakhir sia-sia di sisi-Nya...
Dan entah dari mana, terngiang sebuah seruan yang menggema, menusuk-nusuk jiwa... duhai pemuda! Bencana! Duhai pemuda! Bencana!
Duhai pemuda, Bencana!
Saat kau hanya sibuk mengumbar kata di antara wanita. Berdalih menyerukan kebenaran dan menunjukkan jalan kebaikan. Namun kau begitu menikmati di kala wanita-wanita itu mengagumi dan menyukai setiap kata yang kau ucapkan. Tak kah kau sadari, lubang neraka sedang engkau masuki karena telah menyebabkan hati-hati itu tertambat pada selain Ilahi?
Duhai pemuda, Bencana!
Saat kamu tak juga menjaga pandangmu. Memilih dan memilah target dakwah hanya berdasar rupa dan jenis kelaminnya. Kamu demikian bangga saat komentar dan ucapan terima kasih dari lawan jenismu datang mengisi hari-harimu. Apa kamu kira berpahala di sisi-Nya? Apa kamu kira kau terpuji dan masuk surga ketika engkau mencari perhatian kaum wanita. Duhai meruginya saat syirik kecil dibiarkan bercengkrama di dasar hatinya.
Duhai pemuda, Bencana!
Saat hati telah terkotori syahwat syaithoni. Sungguh dakwah picisanmu tak ada nilainya. Sedang nabi saja ditegur oleh-Nya dengan surat 'Abasa, karena lebih senang menyampaikan ajaran Islam dan berbincang dengan para pemuka dari pada dengan seorang yang buta.
Duhai pemuda, Bencana!
Dan apa yang akan kau katakan? Pembelaan? Beralasan dengan dalil "Semua tergantung pada niatnya."? Apakah kau pikir niat baik saja cukup untuk membuat amal yang kau lakukan diterima di sisi-Nya tanpa ittiba' pada Nabi-Nya? Apakah Rasulullah mengkhususkan untuk menyapa kaum wanita saja? Apakah Rasulullah menggunakan kata-kata bijaksana untuk merayu lawan jenisnya? Apakah Rasulullah berlama-lama dalam berbincang tanpa tujuan dengan kaum hawa yang bukan mahromnya?
Duhai pemuda, sayangilah dirimu. Sebelum ketentuan-Nya berlaku, dan tak ada lagi pintu yang dibuka untukmu. Ia memang pengasih, namun adzab-Nya pun juga pedih.
Selengkapnya...