oleh Gindah Mustanirrah (Kemuslimahan LDK ATH-THABRANI)
"Bagi Anda yang menyadari semakin kacaunya negeri ini. Semakin maraknya privatisasi, yang membuat kekayaan negeri ini dinikmati sebagian kecil orang saja. Arogannya aparat yang saling pamer kekuatan dan keuasaannya. Congkaknya para penguasa dan wakil rakyat yang suka foya-foya. Rakyatpun menjadi sengsara akibat ketidakadilan. Anda bisa berkata: “negeri ini butuh langkah perubahan”. Belajar dari pengalaman diatas, tentunya langkah kita tak lagi berpijak pada 'Jalan lama' kapitalisme. Tapi Langkah di jalan baru yang harus dilakukan mahasiswa. Jalan Islam," (Dakwah kampus.com)
Pada tanggal 18 oktober 2008 lalu, para pemuda Indonesia dari ujung Sumatra hingga Papua Berkumpul di lapangan Hall Senayan Jakarta. Kongres Mahasiswa Islam Indonesia (KMII) yang menjadi awal langkah menuju perubahan Indonesia . Di dalam kongres ini dibahas dengan pembahasan intelektual bertema "Membangun Indonesia yang Lebih Baik" di bidang ekonomi, bidang politik, bidang sumber daya alam dan bidang pendidikan.
Sejak kemerdekaan hingga lebih dari enam dekade, sekulerisme mengatur Indonesia, terlepas dari siapa pun yang berkuasa. Hal yang sama juga terjadi di negeri-negeri muslim lainnya. Sistem sekuler telah menyebabkan rakyat terus menerus hidup dalam berbagai krisis yang tidak berkesudahan. Sampai saat ini fakta kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, ketidakadilan, disintegrasi dan berbagai problem lain, termasuk penjajahan dalam segala bentuknya, senantiasa mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya. Sistem sekuler telah mengakibatkan potensi sumberdaya alam dan kekayaan mineral yang sangat melimpah tidak mampu membuat rakyat hidup dalam kebaikan. Justru sebaliknya, rakyat hidup dalam penderitaan. Semua potensi dan kekayaan alam yang dimiliki seolah tidak memberikan arti apa-apa buat hidup rakyat (dakwah.kampus.com)
Pemuda adalah aset strategis sekaligus menjadi dambaan umat, bila membaca sejarah islam pasti ditemukan bahwa pemuda merupakan tulang inti kekuatan perjuangan. Masa muda merupakan tahapan hidup yang potensial.
Abdullah Nashih Ulwan, seorang inteletual muslim, Pernah menggambarkan bahwa gelora pemuda adalah Romantisme perjuangan. Pemuda selalu memunculkan dirinya sebagai manusia yang memiliki kekuatan (power) sehingga eksistensi jiwa mudanya benar-benar memancar dan diperhitungkan oleh lingkungannya. Karenanya, pemuda tak segan-segan berusaha sekuat tenaga dan berkorban dengan segala yang dimiliknya untuk apa yang diinginkan.
Pemuda mempunyai banyak kekuatan. Lihatlah pemuda bernama Ibrahim, yang dengan gigihnya menegakkan tauhid dan menumbangkan berbagai fenomena kemusrikan pada masa kekuasaan Raja Namrudz. Atau anaknya Ismail, yang rela mengorbankan dirinya demi menjalankan perintah Allah yang ada dalam mimpi Ayahnya. Ia tumbuh cerdas dan sholeh hingga direkam indah dalam Al-quran As-Shaffat :102
Maka merugi sekali para pemuda yang menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. sebagai sosok potensial yang dapat memaksimalkan segala kemampuannya maka pemuda perlu pembinaan secara kondusif. Pemuda adalah kekuatan yang luar biasa. Kekuatan dan kualitas yang dimiliki ternyata sangat menentukan keberlangsungan suatu bangsa. Dengan pembinaan yang baik, Pemuda akan menjadi aset penting sabagai tonggak perubahan.
Lantas dimanakah sosok pemuda itu?? Yang siap dibina menuju kebangkitan berfikir dan menuju kebangkitan umat?
Potret Pemuda Zaman Rasulullah
Diawal perjuangan Rasulullah Saw, para pemudalah yang beringan tangan menerima Risalahnya. Mereka orang-orang yang pertama kali menerima sekaligus orang-orang yang pertama kali memperjuangkannya. Sehingga, tidak berlebihan bila Rasulullah berpesan :
“ saya wasiatkan para Pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentangnya”.
Spektakuler pujian Rasullullah kepada mereka. Tetapi kehebatan mereka tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan Rasullulah terhadap mereka. Lihatlah bagaimana sejarah mencatat bahwa begitu hebatnya pembinaan yang Rasulullah lakukan pada pemuda-pemuda, sehingga mereka berhasil menjadi generasi penentu, generasi pertama yang membawa perubahan sangat besar: yakni kegelapan menuju Cahaya.
Ada banyak figur pemuda di Zaman Rasulullah yang segala sepak terjangnya membuat kita terkagum-kagum. Figur-figur itu seperti:
1. Ali bin Abi Thalib yang dibina sejak usia 8 tahun
2. Zubair bin Awwam dibina sejak usia 8 tahun
3. Arqam bin Abi Arqam dibina sejak usia 16 tahun
4. Ja’far bin Abi Thalib dibina sejak usia 8 tahun
5. Shahih ar Rumi dibina sejak usia 19 tahun
6. Zaid bin Haritsah dibina sejak usia 20 tahun
7. Saad bin Abi Waqqas dibina sejak usia 17 tahun
8. DLL
Dengan pembinaan yang luar biasa, generasi pertama ini telah sukses menaklukkan 2 negara adidaya saat itu, yakni Romawi dan Persia, hingga meluas ke Syam(Syiria), Mesir, Irak, Afrika Utara, dalam waktu 35 tahun selama masa Khulafur Rasyidin. Hingga masa Daulah Umayah dan Abbasiyah, islam meluas ke Negara india dan perbatasan negri Cina, sedangkan kearah barat mencapai Andalusia.
Sobat, pernahkah kau mendengar kisah nyata Shalauddin Al Ayyubi juga Muhammad Al Fatih? Mereka adalah para pemuda yang memiliki jasa besar terhadap penyebaran islam. Muhammad Al Fatih dalam usia 24 Tahun mampu memimpin pasukannya menaklukan Konstatinopel pada bulan Mei 1453M, padahal sudah 800 tahun kaum muslimin menunggu saat-saat tersebut dengan 6 kali gagal dalam penyerangan. Sebuah penaklukan yang gemilang dalam sejarah islam. Sementara Shalauddin Al Ayubbi dalam usia yang juga sangat muda, berhasil menahan gempuran pasukan Salib pada perang Salib yang termasyur dalam sejarah. Belum lagi para mujahid-mujahid muda di Palestina, yang hingga kini masih berjuang melawan Yahudi Laknatullah. Peluru-peluru Syahid menjemput mereka.
Sobat, kita harusnya malu, jika tidak mampu merubah diri. Potret-potret pemuda diatas seharusnya mampu membuat kita intropeksi diri dengan usia kita sekarang. Jika pada usia 18 Tahun Usamah bin Zaid sudah dipercaya untuk memimpin pasukan muslimin yang besar, coba…apa yang bisa kita lakukan dengan usia yang sama? Paling-paling sedang meratap karena gagal bercinta. Dih…picisan…
Sudahkan kita mengukir prestasi untuk Negara dan Agama kita? Ataukah kita masih bergulat dalam angan-angan kosong, membangun mimpi yang tak pernah kita coba realisasikan dalam kehidupan nyata?? Menjadi para pemuda yang justru tak berarti apa-apa bagi apapun….
(gm/berbagai sumber)
Gaul Boleh, Ngawur Jangan
-
gaulislam edisi 891/tahun ke-18 (16 Jumadil Awal 1446 H/ 18 November 2024)
Ya, bergaul sih boleh-boleh aja, Bro! Tapi inget ya, jangan sampe jadi
“gaul nga...
4 hari yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar