Sabtu, 26 Desember 2009

DAKWAH…HARUS IDEOLOGIS!! BUKAN PRAGMATIS!!


Gindah Mustanirrah
(kritik terhadap artikel berjudul “PKS 2014,Antara bumi dan langit” )

“Aku di Drop out dari kampusku karena tak mengindahkan perintah mereka untuk melepaskan jilbab, belum lagi keluarga yang rela mengusirku dari rumah karena aku memilih untuk tetap berada dijalan dakwah ini” (Majalah Permata,edisi November 2003)

Secuil kisah diatas adalah sepetak masalah dari luasnya langit Allah yang maha luas. Keimanan dalam tatanan hidup sekuler memang penuh pengorbanan. ‘perbedaan’ dengan kebanyakan masyarakat menjadi ujian bagi mereka yang tetap mempertahankan keimanannya. ‘Kaum marjinal’ adalah sebutan yang dialamatkan kepada mereka dari pihak yang merasa dirinya intelektual.
Adapun hinaan, cacian, bahkan ancaman seharusnya tak menjadi faktor melemahnya dakwah. Justru menjadi penguat akan hadirnya kembali kehidupan islam. Pengorbanan seperti yang diceritakan diatas tidaklah sebanding dengan pengorbanan yang telah dilakukan Rasulullah dan para sahabat.
Mereka yang sadar betapa pentingnya dakwah tak kan pernah berdiam diri dengan kondisi ketidaknyamanan ini. Karena faktanya, masyarakat Islam saat ini hanya berkumpul, sementara hati dan otak mereka beragam. Buktinya ketika ada kemaksiatan yang dilakukan oleh salah seorang anggota masyarakat, anggota masyarakat lain tidak berusaha mencegahnya karena tidak memiliki kesatuan perasaan dan pikiran dalam menilai perbuatan tersebut.


Semangat yang sekarang ini hilang dalam diri kaum muslimin justru adalah semangat dalam berdakwah. Kita menjadi penakut dalam menyerukan kebenaran. Terlalu khawatir dengan risiko yang bakal diterima sebagai konsekuensi dari melaksanakan dakwah.
Dakwah memang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit, baik waktu, tenaga, harta, bahkan jiwa kita sendiri. Namun, bila kita yakin dengan keutamaan dakwah yang mulia, juga karena dakwah adalah kewajiban, maka penderitaan dan pengorbanan itu akan menjadi kenikmatan tersendiri. Semua itu akan dihargai oleh Allah dengan pahala yang besar. Kita akan tetap bersemangat dan sabar menghadapi risiko, karena keberlangsungan kehidupan umat ini merupakan tanggungjawab kita. Kalau bukan kita, siapa lagi? Karena kita tidak pernah tega menyaksikan saudara-saudara kita dihina bahkan dibeberapa negri-negri muslim mereka dibantai tanpa ampun.
Saat ini, para penguasa negeri-negeri kaum muslimin tak kuasa menghadapi berbagai intimidasi yang berujung kepada penyerahan diri secara menghinakan. Benturan-benturan ekonomi, politik, sosial bahkan hukum dan pemerintahan, telah mengantarkan mereka kepada penghambaan terhadap bangsa-bangsa Barat yang kufur dan jelas-jelas memerangi Islam dan kaum muslimin. Semua berujung pada diterapkan sistem demokrasi yang membuat hidup masyarakat semakin sempit. Tatanan sekuler membuat kaum muslimin kehilangan kuku tajamnya untuk melawan kedzaliman yang menimpa mereka.
pemikiran adalah senjata utama bagi setiap umat. Mereka akan bangkit bila pemikirannya maju, hidup, dan bersemangat. Mereka mundur bila pemikirannya surut apalagi lenyap. Keberadaan suatu umat akan lestari kalau obor pemikiran terus menyala, dan musnahnya umat disebabkan karena obor pemikirannya padam. Maka ketika umat dalam kebobrokan ini tak ingin hidup dalam kubangan kehancuran yang terus menerus, maka dakwah sangatlah urgen untuk dilakukan. Tentunya dakwah yang mengubah pemikiran dan perasaan umat kepada islam.
Dakwah kepada kebangkitan bukanlah dakwah parsial ala parlemen
Kemunduran umat ini lebih disebabkan dari merosotnya taraf berpikir. Karenanya, langkah bijaksana tentu saja adalah berupaya bagaimana meningkatkan kembali taraf berpikir umat Islam ini. Berusaha memberikan gambaran yang jelas tentang pentingnya Islam bagi kehidupan kaum muslimin.
Selain berawal dari individu dalam upaya menyadarkan pemikiran umat ini, maka langkah yang harus ditempuh adalah bagaimana upaya kita menyadarkan masyarakat, yang memang merupakan komponen yang sangat menentukan dalam terciptanya sebuah kehidupan yang global.
Berpikir politis! Inilah yang jarang dilakukan oleh kaum muslimin saat ini. Karena mengira bahwa politik harus dijauhkan dari arena kehidupan. Politik adalah najis. Begitu kata sebagian umat ini, karena terlanjur menelan ide dari peradaban barat yang rusak. Ini pula yang kemudian semakin memperparah keadaan kaum muslimin. Padahal berpikir politis akan mampu membangkitkan kaum muslimin dari keterpurukan. Tapi hari ini, kesalahan fatal yang dilakukan kaum muslimin dalam upaya membangkitkan umat ialah dengan terjun dalam parlemen atau lembaga legislative, serta mengambil peran dalam sistem sekuler buatan manusia ini. Padahal jelas, hukum-hukum yang diterapkan dinegri ini bukanlah hukum yang bersumber dari Syariah Islam. Cukup aneh jika mereka yang merasa “berdakwah” dengan masuk menjadi anggota dewan, pejabat pemerintahan, mentri dsb ini masih merasa “BERIDEOLOGI ISLAM”. Padahal jelas dalam firman Allah :
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” ]TQS Al Maidah (5): 44].
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” [TQS Al Maidah (5):47].
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” [TQS Al Maidah (5): 45]

Peran yang bisa kita ambil di bidang politik yang benar adalah peran aktif. tapi, di saat kehidupan Islam belum terbentuk, yang dapat, bahkan wajib, kita lakukan adalah kesertaannya dalam perjuangan menegakkan kehidupan Islam itu sendiri melalui dakwah siyasiyah (dakwah secara politis). Maksudnya, kita berupaya menyadarkan umat lewat berbagai cara dan upaya, kemudian mendorongnya untuk bersama-sama menegakkan kehidupan Islam dibawah daulah Khilafah. Fase perjuangan menegakkan kehidupan Islam dijalani Rasulullah ini dilakukan diluar parlemen, bukan justru masuk dan terlibat didalamnya. Rasulpun tak tergiur dengan jabatan yang ditawarkan penguasa yang ingin menghambat dakwahnya. Rasul dengan gigih ditengah hambatan dan gangguan yang makin besar. Pada masa sekarang, dimana kehidupan Islam tidak terwujud, peran politik inilah yang layak untuk kita ambil.
Pertama, menghapuskan kebiasan berpikir dangkal setiap individu dengan cara mendidik, membina dan mengarahkan taraf berpikirnya menjadi pemikiran yang maju dan produktif. Kedua, memperbanyak pengalaman kaum muslimin dengan cara melakukan berbagai analisis terhadap kenyataan (peristiwa) yang terjadi pada berbagai situasi dan kondisi, misalnya analisis di bidang ekonomi, politik, sejarah budaya, pendidikan, perbandingan agama dan kepercayaan (semisal kristologi dan kebatinan dsb). Ketiga, mengajak umat untuk mengikuti perkembangan masyarakat, negara dan dunia.
Jadi tunggu apalagi, umat ini membutuhkan orang-orang yang ikhlas dan berani dalam membimbing dan membina kaum muslimin untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Yakin deh, bahwa kebangkitan Islam dan kaum muslimin ini akan segera kita raih, asal ada kemauan untuk memperjuangkannya. Tentu dengan cara yang benar dan baik. Ayo, kita bisa!
Rasulullah bersabada :”Andaikan matahari diletakkan ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku, aku tak akan meninggalkan urusan dakwah ini, sampai aku memenangkannya atau Aku mati karenanya.
(dengan berbagai Revisi /From ust.Iwan Januar, salah satu pengisi Voice of Islam, Konsultan Ramaja)







0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Archive

 

LDK At-Thabrani. Make Over Blog By Sofyan Sulaiman